Tuesday, March 12, 2013

Bukan Aku


“Bukan aku yang salah….,“ teriaknya sambil menangis tersedu-sedu mengatakan  bahwa memang bukan dia yang bersalah. Namun Ibunya justru terus memarahinya dan memukulnya dengan sebuah gagang sapu yang ada di genggaman tangannya.
 “Ibu tidak akan berhenti memukulmu sebelum kamu mengakuinya.”
 Dea yang masih belasan tahun sering menerima siksaan dari Ibunya, Pukulan demi pukulan terus ia terimannya, tangisannya pun semakin pecah, air matanya terus menetes hingga matanya tampak membengkak karena tanpa berhenti ia menangis terus.
“Ini yang terakhir kalinya, Ibu tanyakan kepadamu!.“
Ibunya kembali bertanya pada Dea yang berada  tepat di bawah kaki Ibunya dengan wajah yang amat begitu marah. Semakin lama Dea semakin takut, akhirnya ia mengatakan kepada Ibunya bahwa ia yang bersalah. Ibunya kemudian menyeretnya ke gudang yang berada di ujung ruangan dan menguncinya ke dalam ruangan tersebut.
Tangannya terus memukul pintu dan terus berteriak dengan sedihnya agar pintu tersebut dibukakan.
“Mah, aku mohon tolong bukakan pintu ini, aku minta maaf..,” dengan rasa kecewanya ia meminta maaf kepada Ibunya sambil terus menangis.
Namun, sayang Ibunya tak menghiraukanya sedikit pun. Kekesalanya sepertinya sudah sampai pada puncaknya hingga Ibunya tidak mau memaafkan anaknya sendiri. Di mata Ibunya Dea lah yang selalu salah, dan hukuman yang seperti itulah yang tepat untuk membuatnya jera.
Setelah Ibunya pergi meninggalkanya, Ibunya duduk di sebuah kursi kecil yang berada tidak jauh dari gudang tempat Dea dikurung. Ibunya perlahan menarik nafas untuk sedikit meredakan amarahnnya, ia tahu bahwa sebenarnya apa yang telah dilakukanya tersebut adalah salah, tapi bagaimana lagi menurutnya cara itulah yang lebih pantas ia lakukan daripada mendiamkanya dan tak memarahinya.
Tiba-tiba adiknya yang masih kecil datang sambil berlari menemui Ibunya sambil menjulurkan tangannya dan memberikan sebuah dompet . Ibunya langsung terbangun dari kursinnya kemudian berjalan kembali menuju gudang tempat dimana Dea dikurung. Suara tangisan Dea sudah tak terdengar saat Ibunya ingin membukakan pintu, dan saat pintu dibuka ia melihat anaknya tertidur dilantai.
“Dea banguuun, Ibu memaafkan mu…..,” namun tak ada jawabnnya.
“Ibu sudah menemukannya, Dea..bangunn……” sambil menyentuh tubuh Dea yang berbaring di lantai, namun sekali lagi Dea tidak memberikan respon apapun.
Tersadar bahwa anaknya tidak terbangun, ia angkat tubuh anaknya dari tempat tersebut ,sambil menggendongnya dengan rasa menyesal ia pergi meninggalkan rumah.

Monday, March 4, 2013

hidup penuh panggung sandiwara.
banyak orang yang terlihat baik tapi justru ia jahat.
banyak orang yang kelihatanya sangar dan menakutkan (jahat) tapi justru ia baik.
tetapi ada pula yang kelihatanya ia baik dan sebenarnya ia baik, begitu pula sebaliknya.
hidup juga harus berhati-hati dalam melangkah, menentukan keputusan dan piihan.
karena hidup bagai sebuah misteri, begitu yang banyak orang katakan.
hidup sulit ditebak, sesaat kita bisa bangkit tapi bisa pula kita kembali terjatuh.