Tuesday, October 7, 2014

Mawar Hitam - eps1



Suasana pagi di kota kembang sedikit terasa berbeda. Udara pagi di tahun ini tidak sesejuk saat Melati masih mengenakan seragam merah-putih. Beberapa orang masih terjaga dari tidurnya. Terlihat dari lampu-lampu teras yang masih menyala.  Libur panjang akan segera berakhir. Membuat sebagian orang memanfaatkan sisa waktu libur mereka. Meskipun begitu bisa diperkirakan antusias wisatawan dari luar kota masih bertahan khususnya di daerah puncak dan sekitarnya. Jarum pendek jam menunjukan jam enam pagi. Dari balik jendela terlihat wajah Melati yang turut menyambut hari-hari menjelang masuk sekolah. Tangannya mecoba menyentuh jendela, merasakan embun pagi yang menempel di balik kaca.
            “Kamu ingin keluar sayang?” tanya Ibunya yang tepat berada di belakang Melati. Kedua tangannya menyentuh bagian pundak Melati.
            Melati menoleh kepada Ibunya lalu kembali menatap suasana pagi dari balik jendela. “Iya Mah...,” jawabnya.
            “Yaudah sana ambil jaket dulu... tar kita jalan-jalan keluar.”
            “Nggak Mah, Melati sudah janji sama Rena dan Aldi buat jalan-jalan ke hutan yang ada di belakang sekolah.” Ujar Melati berharap kedua orangtua Melati mengizinkannya.
            “Tapi...,” ucapannya terhenti, memikirkan kondisi Melati.
            “Gimana Mah? Boleh yah?” tanya Melati membuyarkan lamunan Ibunya.
Tiba-tiba suara Ayahnya mendekat, Ayah Melati mencoba menghalangi Melati untuk pergi bersama kedua sahabatnya yang ia kenal semenjak duduk di bangku SD.
            “Untuk saat ini Papah nggak izinkan kamu pergi ke sana!” jawaban tegas terlontar dari mulut Ayahnya. Gairah Melati untuk keluar bersama kedua sahabatnya menjadi berubah. Kekecewaan terlihat dari raut wajahnya. Melati membalikan badannya dan berdiri menghadap Ayah dan Ibunya.
            “Kenapa nggak boleh Mah... Pah? Melati sudah sembuh kan? Melati capek Mah...!” Melati mencoba menahan amarahnya yang tak terbendung. Ayahnya tahu kalau Melati marah dan kecewa. Tapi bagaimana pun kedua orangtuanya masih khawatir terhadap kondisi Melati yang baru pulih.
***
Mengingat kedua orangtua Melati tak akan mengizinkan mereka untuk membawa Melati pergi. Mereka berdua tetap memutuskan untuk pergi ke hutan di belakang sekolah SMA. Seberkas cahaya yang masuk melalui celah rerimbunan pohon. Menyambut kedatangan awal Rena dan Aldi. Tanaman yang jarang mereka temui  tumbuh berhadapan di tengah jalan setapak yang lebarnya tak sampai satu meter. Mereka tak khawatir bila mereka hanya keluar berdua saja tanpa ditemani orang dewasa. Mengingat tak akan ada hewan buas di hutan seperti singa, macan atau serigala. Mereka hanya perlu berhati-hati terhadap ancaman hewan seperti ular yang bisa saja menghadang mereka di tengah jalan. Aldi sudah berjaga-jaga dari serangan ular dengan membawa sekantong plastik berisi garam dan sebilah kayu panjang digenggamannya. Mereka juga tak perlu khawatir akan tersesat, karena di sekitar hutan terdapat perkebunan karet. Disekitarnya masih ada orang-orang yang melakukan kegitan dengan mengambil getah dari pohon karet untuk dijadikan bahan produksi olahan. Memasuki hutan lebih dalam lagi Aldi dan Rena tak sengaja menemukan beberapa pohon mawar hutan. Dilihat disekeliling mereka bunga mawar yang masih menyembunyikan keindahannya. Seketika wajah Melati mucul dalam pikiran Aldi. Aldi tahu sekali bahwa Melati menyukai bunga mawar. Rena yang masih sibuk dengan ponselnya mencoba mengabadikan sebagian bunga mawar yang baru saja bermekaran. Untuk pertama kalinya mereka benar-benar menemukan pohon mawar yang masih alami dan terjaga keasriannya. Aldi meninggalkan Rena yang asik dengan kamera ponselnya.  Aldi mencoba menemukan sesuatu yang lain. Tak sengaja Aldi menemukan tanaman yang merambat di sebuah pohon yang besar. Tak di sangka Aldi menemukan sebuah bunga mawar hitam. Sebagian bunga mawar hitam biasanya ada yang tumbuh sebagai parasit dengan menempel pada batang atau akar pohon besar. Mawar hitam tumbuh di lingkungan yang jarang terkena matahari dan bersuhu dingin. Sebenarnya bunga mawar hitam yang ditemukan Aldi berwarna merah sama seperti bunga mawar yang ia temui sebelumnya, namun karena tinggi kepekatannya sangat tinggi sehingga tampak berwarna hitam. Warnanya yang jarang dimiliki oleh tanaman mawar pada umumnya, membuat Aldi ingin memetiknya. Rena yang melihat Aldi ingin memetik satu-satunya bunga mawar hitam itu mencoba untuk menggagalkan niat Aldi.
            “Aldi jangan....!” teriak Rena dari jauh. Teriakan Rena yang mencoba mencegah Aldi membuat Aldi kaget dan menoleh.
 Rena berlari kecil mendekati Aldi.“Aduh... jangan dipetik Aldi!” protes Rena.
            “Aduh kenapa lagi sih Ren?” melipatkan kedua tanganya tepat di atas pusarnya.
            “Kamu tahu kan mawar hitam ini jarang ada?” tanya balik Rena.
            “Iya aku tahu, tapi Melati pasti senang kalau aku membawakan mawar hitam ini...” Rena mencoba menjelaskan mengapa ia berusaha mencegah Aldi untuk tidak memetik bunga mawar tersebut.
            “Tapi sayang banget kalau mawar itu kamu petik. Bukan hanya karena langka tapi sumber makanan serangga seperti kupu-kupu dan lebah terdapat pada bunga, selain itu juga nantinya akan membantu proses penyerbukan. Siapa tahu kalau kamu membiarkannya tetap hidup mungkin akan ada jenis mawar baru lagi dari proses penyerbukan itu?”
 Aldi mengangguk. ”Aku juga sempat berfikir seperti itu, benar kata kamu mungkin akan jauh lebih baik bila kita membiarkannya tetap hidup.” Aldi sepakat dengan penjelasan yang disampaikan Rena. “Sayang sekali yah... Melati nggak bisa menikmati apa yang kita lihat sekarang.”
 Rena mencoba memberikan solusi pada Aldi. Akhirnya mereka memutuskannya untuk mengabadikan mawar  hitam itu dengan kamera ponsel.
***
“Melati sebenarnya selama ini aku menyukaimu, mungkin ini terdengar aneh tapi aku benar-benar menyukaimu.”
Melati tampak kebingungan untuk menjawab pernyataan Rafli. Ditambah lagi Rafli memohon sambil menyodorkan setangkai bunga mawar padanya. Tidak sengaja Aldi melihat Rafli sedang memohon kepada Melati untuk menjadi pacarnya saat ia berniat menemui Melati. Bila beberapa langkah lagi ia tetap maju. Aldi berfikir bila dirinya akan mengganggu usaha Rafli. Aldi berusaha bersembunyi di balik pilar yang menopang bangunan sekolah. Rasa penasaran membuat Aldi ingin sekali menoleh namun dirinya tak kuasa menahan rasa sakit yang berkecambuk di hatinya. Akhirnya ia berusaha lari dari keadaan tersebut, namun lagi-lagi Aldi harus menahan rasa sakitnya saat melihat Melati menggenggam mawar pemberian Rafli.
Dari kejauhan Rena melihat Aldi tertunduk menahan kesedihannya sambil berjalan dengan cepat. Sosok Rena tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Rena mencoba menanyakan apa yang terjadi. Aldi pun menjelaskannya pada Rena.
“Lho... Aldi ternyata kamu pergi ke sini sama Rena? Mana katanya mau kasih lihat fotonya?” suara Melati muncul di hadapan mereka di saat yang tidak tepat.
Aldi mencoba menyembunyikan gurat kesedihannya. Diajaknya Melati oleh Rena dan Aldi duduk di bangku taman.
Selayaknya aktor profesional Aldi tetap bersikap sama seperti sebelum hal tersebut mengoyak hatinya. Rena tahu bahwa saat ini suasana hati Aldi sedang tidak baik. Hebatnya Aldi masih bisa menjelaskan petualangannya menjelajahi hutan. Rena mencoba menghibur Aldi di sela-sela pembicaraan mereka. Wajah Aldi seketika berubah menjadi merah saat Rena menjelaskan usaha yang dilakukan Aldi untuk mendapatkan bunga mawar namun Rena berusaha menggagalkan aksinya tersebut. Meskipun hanya dalam bentuk gambar, namun tak surut membuat Melati penasaran ingin melihat secara langsung. Melati antusias melihat foto-foto yang di ambil dari ponsel Rena. Digesernya layar touchsreen tersebut berulang kali. Aldi dan Rena terus bercanda. Berbeda dengan Wajah Melati yang berubah menahan rasa kekecewaannya. Tak sengaja Melati menemukan beberapa foto Rena dan Aldi sewaktu di hutan. Melati mencoba bersikap biasa saja dan mengembalikan ponsel  Rani.
***