Suasana
pagi di kota kembang sedikit terasa berbeda. Udara pagi di tahun ini tidak
sesejuk saat Melati masih mengenakan seragam merah-putih. Beberapa orang masih
terjaga dari tidurnya. Terlihat dari lampu-lampu teras yang masih menyala. Libur panjang akan segera berakhir. Membuat
sebagian orang memanfaatkan sisa waktu libur mereka. Meskipun begitu bisa
diperkirakan antusias wisatawan dari luar kota masih bertahan khususnya di
daerah puncak dan sekitarnya. Jarum pendek jam menunjukan jam enam pagi. Dari
balik jendela terlihat wajah Melati yang turut menyambut hari-hari menjelang
masuk sekolah. Tangannya mecoba menyentuh jendela, merasakan embun pagi yang
menempel di balik kaca.
“Kamu ingin keluar sayang?” tanya
Ibunya yang tepat berada di belakang Melati. Kedua tangannya menyentuh bagian
pundak Melati.
Melati menoleh kepada Ibunya lalu
kembali menatap suasana pagi dari balik jendela. “Iya Mah...,” jawabnya.
“Yaudah sana ambil jaket dulu... tar
kita jalan-jalan keluar.”
“Nggak Mah, Melati sudah janji sama
Rena dan Aldi buat jalan-jalan ke hutan yang ada di belakang sekolah.” Ujar
Melati berharap kedua orangtua Melati mengizinkannya.
“Tapi...,” ucapannya terhenti,
memikirkan kondisi Melati.
“Gimana Mah? Boleh yah?” tanya
Melati membuyarkan lamunan Ibunya.
Tiba-tiba
suara Ayahnya mendekat, Ayah Melati mencoba menghalangi Melati untuk pergi
bersama kedua sahabatnya yang ia kenal semenjak duduk di bangku SD.
“Untuk saat ini Papah nggak izinkan
kamu pergi ke sana!” jawaban tegas terlontar dari mulut Ayahnya. Gairah Melati
untuk keluar bersama kedua sahabatnya menjadi berubah. Kekecewaan terlihat dari
raut wajahnya. Melati membalikan badannya dan berdiri menghadap Ayah dan
Ibunya.
“Kenapa nggak boleh Mah... Pah?
Melati sudah sembuh kan? Melati capek Mah...!” Melati mencoba menahan amarahnya
yang tak terbendung. Ayahnya tahu kalau Melati marah dan kecewa. Tapi bagaimana
pun kedua orangtuanya masih khawatir terhadap kondisi Melati yang baru pulih.
***
Mengingat
kedua orangtua Melati tak akan mengizinkan mereka untuk membawa Melati pergi.
Mereka berdua tetap memutuskan untuk pergi ke hutan di belakang sekolah SMA.
Seberkas cahaya yang masuk melalui celah rerimbunan pohon. Menyambut kedatangan
awal Rena dan Aldi. Tanaman yang jarang mereka temui tumbuh berhadapan di tengah jalan setapak yang
lebarnya tak sampai satu meter. Mereka tak khawatir bila mereka hanya keluar
berdua saja tanpa ditemani orang dewasa. Mengingat tak akan ada hewan buas di
hutan seperti singa, macan atau serigala. Mereka hanya perlu berhati-hati
terhadap ancaman hewan seperti ular yang bisa saja menghadang mereka di tengah
jalan. Aldi sudah berjaga-jaga dari serangan ular dengan membawa sekantong
plastik berisi garam dan sebilah kayu panjang digenggamannya. Mereka juga tak perlu
khawatir akan tersesat, karena di sekitar hutan terdapat perkebunan karet.
Disekitarnya masih ada orang-orang yang melakukan kegitan dengan mengambil
getah dari pohon karet untuk dijadikan bahan produksi olahan. Memasuki hutan
lebih dalam lagi Aldi dan Rena tak sengaja menemukan beberapa pohon mawar
hutan. Dilihat disekeliling mereka bunga mawar yang masih menyembunyikan
keindahannya. Seketika wajah Melati mucul dalam pikiran Aldi. Aldi tahu sekali
bahwa Melati menyukai bunga mawar. Rena yang masih sibuk dengan ponselnya
mencoba mengabadikan sebagian bunga mawar yang baru saja bermekaran. Untuk
pertama kalinya mereka benar-benar menemukan pohon mawar yang masih alami dan
terjaga keasriannya. Aldi meninggalkan Rena yang asik dengan kamera ponselnya. Aldi mencoba menemukan sesuatu yang lain. Tak
sengaja Aldi menemukan tanaman yang merambat di sebuah pohon yang besar. Tak di
sangka Aldi menemukan sebuah bunga mawar hitam. Sebagian bunga mawar hitam
biasanya ada yang tumbuh sebagai parasit dengan menempel pada batang atau akar
pohon besar. Mawar hitam tumbuh di lingkungan yang jarang terkena matahari dan
bersuhu dingin. Sebenarnya bunga mawar hitam yang ditemukan Aldi berwarna merah
sama seperti bunga mawar yang ia temui sebelumnya, namun karena tinggi kepekatannya
sangat tinggi sehingga tampak berwarna hitam. Warnanya yang jarang dimiliki
oleh tanaman mawar pada umumnya, membuat Aldi ingin memetiknya. Rena yang
melihat Aldi ingin memetik satu-satunya bunga mawar hitam itu mencoba untuk
menggagalkan niat Aldi.
“Aldi jangan....!” teriak Rena dari
jauh. Teriakan Rena yang mencoba mencegah Aldi membuat Aldi kaget dan menoleh.
Rena berlari kecil mendekati Aldi.“Aduh...
jangan dipetik Aldi!” protes Rena.
“Aduh kenapa lagi sih Ren?”
melipatkan kedua tanganya tepat di atas pusarnya.
“Kamu tahu kan mawar hitam ini
jarang ada?” tanya balik Rena.
“Iya aku tahu, tapi Melati pasti
senang kalau aku membawakan mawar hitam ini...” Rena mencoba menjelaskan
mengapa ia berusaha mencegah Aldi untuk tidak memetik bunga mawar tersebut.
“Tapi sayang banget kalau mawar itu
kamu petik. Bukan hanya karena langka tapi sumber makanan serangga seperti
kupu-kupu dan lebah terdapat pada bunga, selain itu juga nantinya akan membantu
proses penyerbukan. Siapa tahu kalau kamu membiarkannya tetap hidup mungkin
akan ada jenis mawar baru lagi dari proses penyerbukan itu?”
Aldi mengangguk. ”Aku juga sempat berfikir
seperti itu, benar kata kamu mungkin akan jauh lebih baik bila kita
membiarkannya tetap hidup.” Aldi sepakat dengan penjelasan yang disampaikan
Rena. “Sayang sekali yah... Melati nggak bisa menikmati apa yang kita lihat
sekarang.”
Rena mencoba memberikan solusi pada Aldi.
Akhirnya mereka memutuskannya untuk mengabadikan mawar hitam itu dengan kamera ponsel.
***
“Melati
sebenarnya selama ini aku menyukaimu, mungkin ini terdengar aneh tapi aku
benar-benar menyukaimu.”
Melati
tampak kebingungan untuk menjawab pernyataan Rafli. Ditambah lagi Rafli memohon
sambil menyodorkan setangkai bunga mawar padanya. Tidak sengaja Aldi melihat
Rafli sedang memohon kepada Melati untuk menjadi pacarnya saat ia berniat
menemui Melati. Bila beberapa langkah lagi ia tetap maju. Aldi berfikir bila
dirinya akan mengganggu usaha Rafli. Aldi berusaha bersembunyi di balik pilar
yang menopang bangunan sekolah. Rasa penasaran membuat Aldi ingin sekali
menoleh namun dirinya tak kuasa menahan rasa sakit yang berkecambuk di hatinya.
Akhirnya ia berusaha lari dari keadaan tersebut, namun lagi-lagi Aldi harus
menahan rasa sakitnya saat melihat Melati menggenggam mawar pemberian Rafli.
Dari
kejauhan Rena melihat Aldi tertunduk menahan kesedihannya sambil berjalan
dengan cepat. Sosok Rena tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Rena mencoba
menanyakan apa yang terjadi. Aldi pun menjelaskannya pada Rena.
“Lho...
Aldi ternyata kamu pergi ke sini sama Rena? Mana katanya mau kasih lihat
fotonya?” suara Melati muncul di hadapan mereka di saat yang tidak tepat.
Aldi
mencoba menyembunyikan gurat kesedihannya. Diajaknya Melati oleh Rena dan Aldi
duduk di bangku taman.
Selayaknya
aktor profesional Aldi tetap bersikap sama seperti sebelum hal tersebut
mengoyak hatinya. Rena tahu bahwa saat ini suasana hati Aldi sedang tidak baik.
Hebatnya Aldi masih bisa menjelaskan petualangannya menjelajahi hutan. Rena
mencoba menghibur Aldi di sela-sela pembicaraan mereka. Wajah Aldi seketika
berubah menjadi merah saat Rena menjelaskan usaha yang dilakukan Aldi untuk
mendapatkan bunga mawar namun Rena berusaha menggagalkan aksinya tersebut.
Meskipun hanya dalam bentuk gambar, namun tak surut membuat Melati penasaran
ingin melihat secara langsung. Melati antusias melihat foto-foto yang di ambil
dari ponsel Rena. Digesernya layar touchsreen
tersebut berulang kali. Aldi dan Rena terus bercanda. Berbeda dengan Wajah
Melati yang berubah menahan rasa kekecewaannya. Tak sengaja Melati menemukan
beberapa foto Rena dan Aldi sewaktu di hutan. Melati mencoba bersikap biasa
saja dan mengembalikan ponsel Rani.
***