Diary D'yessa
this is my simple blog :)
Friday, February 24, 2017
ini pos cerpen judul
ini adalah deskripsi contohnya
Thursday, December 1, 2016
OPEN PRE ORDER!
( 1 Desember - 13 Desember 2016)
Judul : My First Love in My Last Life
Kategori : Novel
Penulis : Insiwi Dela Yesa
ISBN : 978-602-6240-81-1
Cetakan pertama, Desember 2016.
Editor : Tim Harasi
Desain Sampul : Ellyka
Tata Letak : Irma Dewi Meilinda
--------------------------------------------------------------------
Harga :
Rp 36.000
Belum termasuk ongkos kirim
Beli 5 ekslempar gratis ongkos kirim (berlaku untuk pulau Jawa dan Sumatra)
--------------------------------------------------------------------
Format Pemesanan,
Judul Buku :
Jumlah Buku :
Nama :
Alamat :
No. HP :
Kirim melalui inbox Penerbit Harasi
---------------------------------------------------------------------
CV. Penerbit Harasi
Facebook : Penerbit Harasi
Instagram : @ penerbitharasi
Twitter : @ penerbitharasi
E-mail : penerbitharasi@gmail.com
Blog : penerbitharasi.blogspot.com
--------------------------------------------------------------------
CP
WhatsApp : 0896-1466-0769
BBM : D02AC582
Kumpulan Puisi :
Untuk negeraku, kisah hidup baik suka maupun duka, rintihan rasa ridu, tangisan melepas pergi, semangat hidup. Kupersembahkan pada dunia ini.
"Aku bercerita bersama puisi"
Penulis : Insiwi Dela Yesa
Tersedia di playstore, promo 19.500 sampai akhir desember, Selamat membaca, semoga terisnpirasi :)
https://play.google.com/store/books/details?id=WAKJDQAAQBAJ
Thursday, November 6, 2014
Mawar Hitam- eps2
Pagi
telah berlalu. Matahari mulai menjulurkan panasnya. Bunyi suara jangkrik masih
terdengar sesekali di telinga mereka. Semua calon anggota PIK-R (Pusat
Informasi dan Konseling-Remaja) melakukan kegiatan terakhirnya yang diberi
judul “Penanaman Seribu Pohon” sebenarnya tanaman yang di tanam di hutan tidak pasti
mencapai seribu pohon. Begitu banyaknya bakal tanaman yang akan di tanam dan
tak terhitung jumlahnya membuat Aldi selaku panitia memberikan judul “Penanaman
Seribu Pohon”. Maklum, di Kota Bandung banyak lahan hijau yang digantikan
sebagai perumahan atau villa membuat udara di Bandung saat ini tak sesejuk
dahulu. Oleh karena itu Aldi bersama panitia lainnya melakukan kegiatan
tersebut bersamaan dengan perekrutan anggota ekstrakulikuler baru dengan tujuan
untuk membantu hijaunya kembali lahan yang ada sehingga terciptanya udara yang
bersih dan sehat khususnya di kota Bandung. Melati ditemani Rafli melakukan
penanamannya yang kesekian kalinya, terlihat wajah yang berseri di wajah
mereka. Aldi dan Rena juga masih disibukan dengan membantu adik-adik kelas
menaman pohon. Semua turut berkontribusi. Semua tangan belepotan terkena tanah
yang bercampur aduk dengan air. Meskipun begitu tak menyurutkan niat Aldi,
Rena, Rafli dan Melati beserta peserta lainnya untuk tetap melanjutkan
kegiatan.
Hampir tiga jam telah berlalu,
target yang diinginkan selesai. Dilihatnya oleh Melati disekelilingnya penuh
dengan warna hijau. Membuat Melati merasa berputar ke masa lampau di saat
Melati masih bisa melihat pemandangan yang menyegarkan sebelum akhirnya
semuanya musnah digantikan oleh bangunan hasil
tangan nakal manusia. Melati mencoba menghirup nafas sebanyak mungkin dan
menghembuskannya kembali. Dilihatnya Aldi dan Rena masih sibuk mengatur
barisan. Membuat Melati sedikit merasa iri melihat keakraban mereka. Rafli
mengajak Melati untuk bergabung bersama dalam acara peresmian. Melati hanya
tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Saat ini kami selakukan
panitia menyatakan bahwa kalian semua resmi dinyatakan sebagai anggota PIK-R
angkatan 2013-2014...” ucap Aldi selaku ketua panitia dihadapan seluruh anggota ekstrakulikuler yang baru
bergabung.
Semua anggota baru yang mengikuti
acara pelantikan bertepuk tangan. Rena dan Rafli juga menepukan kedua
tangannya. Merasa lega karena sebagai panitia pelaksana mereka telah
menyelesaikan tugasnya. Aldi mendekati Melati yang sedang duduk di sebuah
batang pohon yang tumbang. Melati memang bukan panitia ataupun anggota baru
yang ingin ikut bergabung. Melati hanya sekedar ingin ikut bersama
sahabat-sahabatnya menyaksikan keseruan acara. Kebetulan acara pelantikan berlangsung
di hutan belakang sekolah. Aldi pun sempat berjanji akan menunjukan mawar hitam
yang pernah ia janjikan padanya.
“Maaf ya lama menunggu...” kata
Aldi.
“Iya nggak apa-apa kok. Salut
sama kamu,” mengacungkan kedua jempolnya. “Jadi, sekarang nih?” tagih Melatih.
“Oke kalau mau sekarang yuk
...” ajak Aldi. Melati beranjak dari duduknya dengan bersemangat.
“Aldi tunggu....!” teriak Rena
menghentikan langkah mereka. Aldi dan Melati menoleh ke arah Rena.
“Apa ada masalah?” tanya Aldi.
“Iya jadi gini ... Pak Anton
barusan telepon, katanya print-out
anggota PIK-R yang barunya hilang tapi Pak anton kan nggak punya softcopy-nya jadi Pak anton minta kamu
buat kasih softcopy-nya,” ujar Rena.
“Yaelah cuman gitu doang,
tinggal di cari di laptop aja.”
“Iya tapi di mananya nih...”
menyodorkan tas laptop.
“Yaudah sini... Oh iya Mel,
maaf ya tunggu bentar lagi... kamu duduk aja dulu.” Mohon Aldi dengan menyesal.
Dicarinya data-data yang ada di
dalam laptop-nya. Setiap folder
berhasil di buka tetapi ada satu file di dalam folder yang sulit dibuka
sehingga membuat Aldi geram. Di kliknya icon
kaspersky untuk menghilangkan virus yang ada di komputer jinjingnya. Sayangnya
program anti virus terbaiknya tak mampu menghilangkan virus yang ada di laptop-nya. File dimana ia menyimpan
data masih tetap tidak bisa di buka. Aldi menggerutu kesal karena ia harus
bekerja dua kali.
“ Ren, susah nggak mau di buka,
terpaksa kita harus data ulang lagi...”
“Sekarang?” tanya Melati kesal.
Aldi menghela nafas dan
menjelaskan pada Melati. “Iya Mel, mau nggak mau harus di data sekarang soalnya
dibutuhinnya untuk besok. Maaf ya janjinya lagi-lagi harus di tunda.”
“Yaudah ayuk buruan, Maaf ya
Mel saya ganggu acara kalian.” Kata Rena.
Aldi dan Rena meninggalkannya
sendirian, termasuk juga Rafli yang masih sibuk membereskan peralatan. Saat ini Melati benar-benar merasa kecewa
ditinggal sendirian. Melati tampak kesal melihat Rena dan Aldi terus bersama.
***
“Di... lihat Melati nggak tadi
terakhir sama kamu kan?” tanya Rafli.
“Tadi sih di sini... tapi kok
nggak ada ya?” batin Aldi gusar. “Kamu sudah cari di tempat lain?”
“Sudah semua spot kegiatan dicari tapi nggak ada,”
menunjukan jarinya ke sekelilingnya.
“Aduh ada apa lagi sih?” tanya
Rena menghampiri dengan bingung.
“Melati Ren, nggak ada, kamu
lihat nggak?” tanya Aldi.
“Aku nggak lihat...”Rena
berusaha menyembunyikan kepanikannya. Kemudian Rena dan Aldi saling menatap
mencoba menebak. “Pohon Mawar!” ucap mereka bersama.
Rena dan Rafli mencoba mencari
Melati di sekitar kebun pohon mawar sambil meneriaki nama Melati. Aldi dengan
raut wajah cemas terus mencari Melati disekitar hutan. Sontak Aldi terkejut
saat melihat sosok wanita yang ia kenal tergeletak di tanah.
“Melatiiiiii......” wajahnya syok.
***
Tuesday, October 7, 2014
Mawar Hitam - eps1
Suasana
pagi di kota kembang sedikit terasa berbeda. Udara pagi di tahun ini tidak
sesejuk saat Melati masih mengenakan seragam merah-putih. Beberapa orang masih
terjaga dari tidurnya. Terlihat dari lampu-lampu teras yang masih menyala. Libur panjang akan segera berakhir. Membuat
sebagian orang memanfaatkan sisa waktu libur mereka. Meskipun begitu bisa
diperkirakan antusias wisatawan dari luar kota masih bertahan khususnya di
daerah puncak dan sekitarnya. Jarum pendek jam menunjukan jam enam pagi. Dari
balik jendela terlihat wajah Melati yang turut menyambut hari-hari menjelang
masuk sekolah. Tangannya mecoba menyentuh jendela, merasakan embun pagi yang
menempel di balik kaca.
“Kamu ingin keluar sayang?” tanya
Ibunya yang tepat berada di belakang Melati. Kedua tangannya menyentuh bagian
pundak Melati.
Melati menoleh kepada Ibunya lalu
kembali menatap suasana pagi dari balik jendela. “Iya Mah...,” jawabnya.
“Yaudah sana ambil jaket dulu... tar
kita jalan-jalan keluar.”
“Nggak Mah, Melati sudah janji sama
Rena dan Aldi buat jalan-jalan ke hutan yang ada di belakang sekolah.” Ujar
Melati berharap kedua orangtua Melati mengizinkannya.
“Tapi...,” ucapannya terhenti,
memikirkan kondisi Melati.
“Gimana Mah? Boleh yah?” tanya
Melati membuyarkan lamunan Ibunya.
Tiba-tiba
suara Ayahnya mendekat, Ayah Melati mencoba menghalangi Melati untuk pergi
bersama kedua sahabatnya yang ia kenal semenjak duduk di bangku SD.
“Untuk saat ini Papah nggak izinkan
kamu pergi ke sana!” jawaban tegas terlontar dari mulut Ayahnya. Gairah Melati
untuk keluar bersama kedua sahabatnya menjadi berubah. Kekecewaan terlihat dari
raut wajahnya. Melati membalikan badannya dan berdiri menghadap Ayah dan
Ibunya.
“Kenapa nggak boleh Mah... Pah?
Melati sudah sembuh kan? Melati capek Mah...!” Melati mencoba menahan amarahnya
yang tak terbendung. Ayahnya tahu kalau Melati marah dan kecewa. Tapi bagaimana
pun kedua orangtuanya masih khawatir terhadap kondisi Melati yang baru pulih.
***
Mengingat
kedua orangtua Melati tak akan mengizinkan mereka untuk membawa Melati pergi.
Mereka berdua tetap memutuskan untuk pergi ke hutan di belakang sekolah SMA.
Seberkas cahaya yang masuk melalui celah rerimbunan pohon. Menyambut kedatangan
awal Rena dan Aldi. Tanaman yang jarang mereka temui tumbuh berhadapan di tengah jalan setapak yang
lebarnya tak sampai satu meter. Mereka tak khawatir bila mereka hanya keluar
berdua saja tanpa ditemani orang dewasa. Mengingat tak akan ada hewan buas di
hutan seperti singa, macan atau serigala. Mereka hanya perlu berhati-hati
terhadap ancaman hewan seperti ular yang bisa saja menghadang mereka di tengah
jalan. Aldi sudah berjaga-jaga dari serangan ular dengan membawa sekantong
plastik berisi garam dan sebilah kayu panjang digenggamannya. Mereka juga tak perlu
khawatir akan tersesat, karena di sekitar hutan terdapat perkebunan karet.
Disekitarnya masih ada orang-orang yang melakukan kegitan dengan mengambil
getah dari pohon karet untuk dijadikan bahan produksi olahan. Memasuki hutan
lebih dalam lagi Aldi dan Rena tak sengaja menemukan beberapa pohon mawar
hutan. Dilihat disekeliling mereka bunga mawar yang masih menyembunyikan
keindahannya. Seketika wajah Melati mucul dalam pikiran Aldi. Aldi tahu sekali
bahwa Melati menyukai bunga mawar. Rena yang masih sibuk dengan ponselnya
mencoba mengabadikan sebagian bunga mawar yang baru saja bermekaran. Untuk
pertama kalinya mereka benar-benar menemukan pohon mawar yang masih alami dan
terjaga keasriannya. Aldi meninggalkan Rena yang asik dengan kamera ponselnya. Aldi mencoba menemukan sesuatu yang lain. Tak
sengaja Aldi menemukan tanaman yang merambat di sebuah pohon yang besar. Tak di
sangka Aldi menemukan sebuah bunga mawar hitam. Sebagian bunga mawar hitam
biasanya ada yang tumbuh sebagai parasit dengan menempel pada batang atau akar
pohon besar. Mawar hitam tumbuh di lingkungan yang jarang terkena matahari dan
bersuhu dingin. Sebenarnya bunga mawar hitam yang ditemukan Aldi berwarna merah
sama seperti bunga mawar yang ia temui sebelumnya, namun karena tinggi kepekatannya
sangat tinggi sehingga tampak berwarna hitam. Warnanya yang jarang dimiliki
oleh tanaman mawar pada umumnya, membuat Aldi ingin memetiknya. Rena yang
melihat Aldi ingin memetik satu-satunya bunga mawar hitam itu mencoba untuk
menggagalkan niat Aldi.
“Aldi jangan....!” teriak Rena dari
jauh. Teriakan Rena yang mencoba mencegah Aldi membuat Aldi kaget dan menoleh.
Rena berlari kecil mendekati Aldi.“Aduh...
jangan dipetik Aldi!” protes Rena.
“Aduh kenapa lagi sih Ren?”
melipatkan kedua tanganya tepat di atas pusarnya.
“Kamu tahu kan mawar hitam ini
jarang ada?” tanya balik Rena.
“Iya aku tahu, tapi Melati pasti
senang kalau aku membawakan mawar hitam ini...” Rena mencoba menjelaskan
mengapa ia berusaha mencegah Aldi untuk tidak memetik bunga mawar tersebut.
“Tapi sayang banget kalau mawar itu
kamu petik. Bukan hanya karena langka tapi sumber makanan serangga seperti
kupu-kupu dan lebah terdapat pada bunga, selain itu juga nantinya akan membantu
proses penyerbukan. Siapa tahu kalau kamu membiarkannya tetap hidup mungkin
akan ada jenis mawar baru lagi dari proses penyerbukan itu?”
Aldi mengangguk. ”Aku juga sempat berfikir
seperti itu, benar kata kamu mungkin akan jauh lebih baik bila kita
membiarkannya tetap hidup.” Aldi sepakat dengan penjelasan yang disampaikan
Rena. “Sayang sekali yah... Melati nggak bisa menikmati apa yang kita lihat
sekarang.”
Rena mencoba memberikan solusi pada Aldi.
Akhirnya mereka memutuskannya untuk mengabadikan mawar hitam itu dengan kamera ponsel.
***
“Melati
sebenarnya selama ini aku menyukaimu, mungkin ini terdengar aneh tapi aku
benar-benar menyukaimu.”
Melati
tampak kebingungan untuk menjawab pernyataan Rafli. Ditambah lagi Rafli memohon
sambil menyodorkan setangkai bunga mawar padanya. Tidak sengaja Aldi melihat
Rafli sedang memohon kepada Melati untuk menjadi pacarnya saat ia berniat
menemui Melati. Bila beberapa langkah lagi ia tetap maju. Aldi berfikir bila
dirinya akan mengganggu usaha Rafli. Aldi berusaha bersembunyi di balik pilar
yang menopang bangunan sekolah. Rasa penasaran membuat Aldi ingin sekali
menoleh namun dirinya tak kuasa menahan rasa sakit yang berkecambuk di hatinya.
Akhirnya ia berusaha lari dari keadaan tersebut, namun lagi-lagi Aldi harus
menahan rasa sakitnya saat melihat Melati menggenggam mawar pemberian Rafli.
Dari
kejauhan Rena melihat Aldi tertunduk menahan kesedihannya sambil berjalan
dengan cepat. Sosok Rena tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Rena mencoba
menanyakan apa yang terjadi. Aldi pun menjelaskannya pada Rena.
“Lho...
Aldi ternyata kamu pergi ke sini sama Rena? Mana katanya mau kasih lihat
fotonya?” suara Melati muncul di hadapan mereka di saat yang tidak tepat.
Aldi
mencoba menyembunyikan gurat kesedihannya. Diajaknya Melati oleh Rena dan Aldi
duduk di bangku taman.
Selayaknya
aktor profesional Aldi tetap bersikap sama seperti sebelum hal tersebut
mengoyak hatinya. Rena tahu bahwa saat ini suasana hati Aldi sedang tidak baik.
Hebatnya Aldi masih bisa menjelaskan petualangannya menjelajahi hutan. Rena
mencoba menghibur Aldi di sela-sela pembicaraan mereka. Wajah Aldi seketika
berubah menjadi merah saat Rena menjelaskan usaha yang dilakukan Aldi untuk
mendapatkan bunga mawar namun Rena berusaha menggagalkan aksinya tersebut.
Meskipun hanya dalam bentuk gambar, namun tak surut membuat Melati penasaran
ingin melihat secara langsung. Melati antusias melihat foto-foto yang di ambil
dari ponsel Rena. Digesernya layar touchsreen
tersebut berulang kali. Aldi dan Rena terus bercanda. Berbeda dengan Wajah
Melati yang berubah menahan rasa kekecewaannya. Tak sengaja Melati menemukan
beberapa foto Rena dan Aldi sewaktu di hutan. Melati mencoba bersikap biasa
saja dan mengembalikan ponsel Rani.
***
Wednesday, February 5, 2014
Miracle In My Blog
Desember, di saat musim hujan mulai
hadir. Siang ini langit kembali mendung dan semakin mempersuram keadaan hari
ini setelah aku mendapatkan kabar bahwa proposal yang diajukan dua minggu lalu
kembali ditolak. Rintik-rintik gerimis mulai berjatuhan dari langit. Aku
kembali berdiri dari kursi dan menatap langit sambil melihat sekitar halaman
sekolah. Lama menunggu Aldi yang tak kunjung datang menjemputku, dengan
terpaksa aku menerobos rintik hujan yang semakin deras, aku tidak lagi
memikirkan tubuhku yang mulai basah kuyup, aku hanya ingin melindungi tas ini
dari guyuran air yang mulai berjatuhan dari langit. Aku tidak mau bila nanti
aku terlambat menyerahkan proposal ini, bisa jadi pementasan drama yang akan
berlangsung dua minggu lagi tidak akan berjalan karena kurangnya dana yang
diberikan dari pihak sekolah. Aku berlari di tengah rintik-rintik gerimis
menuju halte bus yang tidak jauh letaknya dari sekolahku.
Aku berdiri di depan halte menengok
kanan dan kiri jalan, berharap ada angkutan umum yang masih kosong. Tidak lama
kemudian, sebuah motor berhenti di depanku, ternyata itu adalah Aldi.
“Maaf lama menunggu, ayo naik
sebelum hujan semakin deras,” ajaknya.
Aku segera masuk ke dalam mobil
tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku berharap agar aku bisa sampai tepat
waktu.
***
Sesampainya di sebuah kantor, aku
dan Aldi menghampiri meja recepcionist,
dan menanyakan keberadaan Ibu Ani.
“Maaf, Ibu Ani baru saja meniggalkan
kantor,” ucapnya.
Kecewa, itulah yang aku rasakan
ketika aku mengetahui bahwa Ibu Ani sudah pergi meninggalkan kantor. Aku
tertunduk sedih, begitupula dengan Aldi yang merasa bersalah karena
keterlambatannya datang sehingga kami tidak bisa sampai tepat waktu.
“Oh ya, apa boleh kami menitipkan
proposal ini pada Ibu Ani?” tanya Aldi.
Syukurlah recepcionist itu mengizinkan kami untuk menitipkan proposal.
Harapan baru pun sedikit datang.
Recepcionist itu terlihat sibuk menulis sambil sesekali mengangkat telepon
masuk.
“Mbak, saya letakan di sini ya Mbak,
terima kasih,” Kata Aldi sambil menggeser proposal lebih dekat lagi ke arah recepcionist yang sedang sibuk itu.
***
Saat aku bersama teman-temanku yang
sedang sibuk menyiapkan pementasan. Tiba-tiba Handphone-ku berdering.
“Walaikumsalam,
maaf dengan siapa?” tanyaku.
Aku terkejut saat aku mendapat kabar
dari sekertaris Ibu Ani, bahwa Ibu Ani masuk ke rumah sakit. Tidak cukup dengan
pernyataan itu, aku juga kembali terkejut sekaligus tidak tahu apa yang harus
aku katakan kepada semua teman-temanku, bahwa Ibu Ani tidak bisa menjadi sponsor dikarenakan kondisinya saat ini.
Aku kira semuanya akan berjalan lancar setelah satu hari yang lalu Ibu Ani
menyatakan kesediaannya untuk menjadi sponsor pementasan kami, tapi kenyataan
berkata lain, aku hanya bisa pasrah dan berdoa semoga Ibu Ani bisa sembuh dari
penyakitnya dan berharap akan ada jalan lain untuk menghadapi ini semua.
Dengan terpaksa aku mengatakan hal
ini kepada semua teman-temanku. Kekecewaan terlihat pada mereka saat aku
mengatakan hal ini. Aku sendiri juga merasa kecewa, karena sebagai ketua
pelaksana aku tidak bisa menjalankan tugasku dengan baik. Beberapa orang justru
mencaciku dengan kata-kata yang tidak enak didengar.
“Dari awal sebaiknya kita memang
tidak usah mengadakan acara ini, pihak sekolah saja tidak sepenuhnya mendukung
kegiatan ini. Wajar saja pihak luar banyak yang menolak proposal yang
diajukan,” ucap salah satu temanku.
Sepertinya apa yang diucapkannya
memang ada benarnya, wajar saja pihak sekolah tidak terlalu mendukung, karena
ekstrakulikuler ini baru berjalan dua tahun belakangan ini dan belum banyak
peminatnya. Selain itu, aku mengerti dengan keluhan yang disampaikan salah satu
temanku, aku hanya menganggap itu hanya ucapan sesaat karena dalam keadaan
emosi. Beberapa temanku yang lain mengusulkan mengumpulkan uang dari
masing-masing anggota demi kelangsungan pementasan ini.
Setelah kami mengumpulkan uang dan
menghitungnya, uang yang kami kumpulkan masih belum cukup. Sejenak aku menghela
nafas dan duduk di samping Aldi. Melihat Aldi sedang bermain laptop, kemudian
aku meminjamnya. Di saat merasa sedih, seperti biasa aku meluangkan sedikit
waktu untuk menuangkan keluh kesahku di blog.
Aku menuangkan segala kejadian yang sedang terjadi belakangan ini. Dalam
kepasrahan aku tidak bisa berbuat banyak.
***
Dua hari menjelang pementasan, kami
berkumpul bersama, dan semakin sibuk mempersiapkan pementasan walaupun dengan seadannya. Handphone-ku
yang berada di tas kembali berbunyi dan aku malas untuk mengangkatnya. Aldi
kemudian menyuruhku untuk mengangkat telepon tersebut, namun aku menolaknya dan
justru meminta tolong kepada Aldi untuk mengangkat telepon tersebut. Aldi
tersontak gembira dan membuat kami semua yang sedang sibuk, berhenti dengan
aktivitas yang kami lakukan dan menoleh ke arah Aldi. Kemudian Aldi menyerahkan
Handphone tersebut kepadaku.
***
Lagu tersebut mengakhiri pementasan
drama ini dan semua cerita panjang dan sulit yang terjadi sebelum pementasan. Pementasan
drama dapat berjalan dengan lancar dan mendapat sambutan yang baik dari semua
orang yang hadir menyaksikan acara kami. Tulisan yang aku muat di blog dan beberapa potongan naskah drama
yang aku posting tidak sengaja
dilihat oleh seseorang yang sekarang menjadi
sponsor acara ini. Aku berharap dengan adanya acara ini aku bisa memajukan
ekstrakulikuler ini dan aku juga bersyukur karena semua ini berkat karunia-Mu
karena aku percaya disetiap kesulitan selalu ada jalan lain untuk mendapatkan
kemudahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)